
Pejabat Israel juga membantah proposal itu berasal dari AS, dengan mengatakan pada hari Senin (26/5/2025) bahwa tidak ada pemerintah Israel yang dapat menerimanya, menurut kantor berita Reuters.
Laporan yang saling bertentangan itu muncul saat pasukan Israel terus melakukan pemboman tanpa henti terhadap warga Palestina yang kelaparan di Gaza, dan terus membatasi masuknya bantuan ke daerah kantong yang terkepung itu.
Sumber medis mengatakan 81 orang, termasuk banyak anak-anak, tewas dalam serangan Israel pada hari Senin saja.
Sumber Al Jazeera mengatakan Hamas dan utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, menyetujui rancangan kesepakatan itu pada pertemuan di ibu kota Qatar, Doha.
Mereka mengatakan kesepakatan itu mencakup gencatan senjata selama 60 hari, dan pembebasan 10 tawanan hidup yang ditahan di Gaza, dalam dua tahap.
Presiden AS Donald Trump akan menjamin ketentuan kesepakatan dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
“Kesepakatan itu juga akan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan, tanpa syarat, sejak hari pertama,” ungkap sumber tersebut.
Namun, Witkoff menolak anggapan bahwa Hamas telah menerima usulannya, dengan mengatakan kepada Reuters bahwa apa yang telah dilihatnya “sama sekali tidak dapat diterima”.
Sumber AS yang dekat dengan Witkoff juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa klaim Hamas “tidak akurat” dan apa yang ditawarkan kelompok Palestina itu “mengecewakan”.
Garis Merah Baru
Kimberly Halkett dari Al Jazeera, melaporkan dari Washington, DC, mengutip pernyataan pejabat tersebut bahwa usulan yang diajukan AS hanyalah “perjanjian gencatan senjata sementara” dengan Israel.
Leave a Reply